√ PENGERTIAN AMPLIFIER: Fungsi, Cara Kerja, Jenis-jenis & komponen

Pengertian Amplifier – Amplifier merupakan sebuah alat yang cukup familiar namun tidak banyak orang yang mengetahui secara detail tentang alat ini. Informasi-informasi dasar tentang alat ini, mulai dari pengertian amplifier, fungsi hingga jenis-jenis dan komponennya jarang dipelajari.

Alat ini sering digunakan di kehidupan sehari-hari, terutama untuk Anda yang sering mendengarkan musik dengan bantuan perangkat audio. Adanya amplifier ini input audio dengan suara yang cenderung kecil dapat dikuatkan sehingga menjadi lebih besar.

Pengertian Amplifier

Pengertian Amplifier

Pengertian amplifier adalah sebuah alat yang berfungsi untuk mengubah sinyal dari input dengan amplitudo rendah menjadi sebuah sinyal output dengan amplitude yang relatif lebih tinggi namun frekuensinya masih tetap sama. Sinyal output yang dikuatkan ini biasanya berupa suara audio berbentuk analog.

Alat yang biasanya berada pada alat-alat dengan loudspeaker. Agar bisa bekerja, alat ini membutuhkan tranduser yang memiliki peran untuk mengkonversi suara menjadi listrik. Selain itu, sinyal listrik yang memiliki tipe arus bolak balik atau AC, tegangannya masih diperkuat lagi. Dengan begitu, output yang dihasilkan pun jadi lebih besar. Besaran penguatan ini disebut dengan gain.

Sumber sinyal suara yang akan diubah oleh amplifier bisa berasal dari alat-alat tranduser. Contohnya, mikrofon yang mampu mengkonversi energi suara berubah menjadi listrik. Contoh lain adalah Optical Pickup CD yang dapat mengkonversi getaran mekanik untuk berubah menjadi sinyal listrik.

Fungsi Amplifier

Fungsi Amplifier

Selain untuk memperkuat sinyal suara, amplifier juga memiliki fungsi lainnya. Berikut adalah beberapa fungsi yang bisa Anda manfaatkan dari alat ini.

1. Untuk Menguatkan Suara

Fungsi paling utama dari alat amplifier ini adalah sebagai penguat suara. Amplifier ini memiliki kemampuan untuk menguatkan sinyal audio. Sinyal yang dikuatkan tersebut kemudian dikeluarkan melalui adanya gelombang suara yang ada pada loudspeaker.

Proses sebelum sinyal audip dikuatkan adalah mengkonversi suara input untuk menjadi sinyal listrik agar tegangannya naik. Sesudah tegangannya naik, suara yang dihasilkan pun nantinya akan lebih besar.

2. Mengatur Karakteristik Suara

Fungsi selanjutnya dari amplifier adalah untuk mengatur karakteristik audio yang dikeluarkan, seperti balance, treble, volume, middle dan bass. Terutama jika di dalam perangkat audio terdapat komponen lain berupa AUX seperti yang biasanya ditemukan pada TOA. Dengan begitu karakteristik suaranya bisa diubah sesuai yang Anda inginkan.

Baca Juga  √ Pengertian Fingerprint: Fungsi, Jenis, Cara Kerja, Kelebihan dan Kekurangan

3. Menyesuaikan Suara Output 

Fungsi terakhir dari amplifier adalah untuk menyesuaikan output atau suara keluarannya. Amplifier dapat membuat sinyal suara output menjadi mirip dengan sinyal suara input. Hal ini karena di dalam amplifier terdapat komponen pre-amp.

Tak hanya itu, pada sinyal input yang biasanya terdapat pada MP3 Player, CD/DVD dan perangkat audio lainnya umumnya memiliki karakteristik yang berbeda. Dengan adanya komponen pre-amp, maka amplifier akan menyamakan sekaligus menguatkan suara yang dihasilkan.

Komponen Penyusun Amplifier

Komponen Penyusun Amplifier

Agar dapat berfungsi, sebuah amplifier tersusun atas beberapa komponen yang membentuk rangkaian. Komponen-komponen penyusun tersebut antara lain ELCO, trafo, tone control dan sanken. Berikut penjelasan komponen-komponen amplifier tersebut.

1. ELCO (Electrolyte Capacitor)

Fungsi utama dari komponen amplifier ini adalah untuk menyaring arus listrik bergelombang agar menjadi rata. Tak hanya itu, komponen ini juga berfungsi untuk mempengaruhi suara bertipe bass pada amplifier. Apabila ELCO semakin besar, maka kualitas bass yang dihasilkan pun semakin bagus.

Secara singkat, fungsi dari komponen ini pada amplifier adalah untuk menyesuaikan sinyal input (masukan) menjadi sinyal output (keluaran) berkualitas bagus. Hasil ini didapat dari proses penyaringan arus listrik yang dilakukan.

2. Trafo (Transformator)

Pada amplifier, trafo ini berperan sebagai sumber daya utama. Fungsinya adalah untuk menurunkan tegangan agar sesuai dengan tegangan yang dibutuhkan amplifier. Agar daya penguatan yang dihasilkan bisa besar, maka sumber daya yang dipasok pada amplifier juga harus besar.

Sumber daya yang digunakan amplifier sekarang ini kebanyakan menggunakan power supply atau catu daya simetris. Power supply simteris ini terdiri atas tegangan positif, netral dan negatif.

3. Tone Control

Komponen berikutnya adalah tone control. Sesuai namanya, komponen ini fungsinya adalah untuk mengatur nada atau mengatur karakteristik frekuensi. Dengan komponen ini, suara seperti middle, treble dan bass dapat diatur sesuai keinginan.

Baca Juga  √ 13+ Bagian Bagian Motherboard dan Fungsinya + Gambar

Fungsi lain dari komponen ini adalah untuk mengatur amplitudo sinyal dari audio. Metode tone control yang umumnya digunakan adalah aktif dan pasif. Setiap metode ini fungsinya berbeda. Meskipun begitu, fungsi utamanya tetap untuk memungkinkan Anda menyesuaikan output (keluaran).

4. Sanken

Komponen pada amplifier terakhir adalah sanken atau yang juga dikenal dengan jengkol. Sanken ini merupakan sebuah transistor yang khusus digunakan untuk power amplifier. Umumnya, dalam sebuah amplifier digunakan setidaknya 2 sanken. Jika ingin lebih, dapat ditambahkan dengan kelipatannya.

Sanken ini adalah komponen dengan fungsi paling penting. Karena itu, untuk menunjang performanya, komponen ini perlu dipasang dengan heatsink untuk mengalirkan udara keluar sehingga tidak menyebabkan panas.

Cara Kerja Amplifier

Rangkaian pada amplifier audio tersusun atas rangkaian tertentu agar bisa menghasilkan gain dari arus dan tegangan. Cara kerjanya melalui beberapa tahap, mulai dari amplificasi tegangan hingga mencapai tahap output daya. Lebih lengkapnya, berikut adalah cara kerja amplifier tersebut.

1. Tahap Penguat Tegangan

Tahap ini adalah tahap pertama. Sinyal pada input daya dari sumber kemudian diberikan ke amplifier elektronik. Sinyal ini memiliki kisaran millivolt dan berperan untuk menggerakkan tahap berikutnya. Jadi pada tahap ini sejumlah besar tegangan diperkuat untuk memproses di tahap selanjutnya.

Tujuan ini bisa didapatkan oleh amplifier kelas-A. Sementara itu, penguatan tegangan esensial dicapai dengan memanfaatkan dua/lebih amplifier kelas-A yang masih ditambah dengan RC.

2. Tahap Driver

Tahap ini merupakan tahap tengah yang perannya menampilkan amplifikasi tegangan dan tahap output (keluaran) daya. Tahap penguat tegangan saja masih belum cukup untuk bisa mendorong pada tahap output daya.

Karena mempunyai impedansi input daya yang rendah, tahap kedua inilah yang berperan sebagai tahap tengah yang menghasilkan keuntungan dari arus. Tak hanya itu, pada tahap ini juga menghasilkan keuntungan dari daya yang juga cukup.

3. Tahap Output

Ini adalah tahapan terakhir dari cara kerja amplifier. Pada tahap ini terdapat dua garis besar, yaitu pengaturan push and pull dan trasistor tunggal. Namun, kebanyakan lebih memilih menggunakan pengaturan push-pull.

Baca Juga  √ Pengertian GUI (Graphical User Interface): Sejarah, Fungsi, Contoh dan Kelebihan

Hal tersebut karena pengaturan ini dianggap lebih efisien, output daya yang dihasilkan juga tinggi. Selain itu, kelebihannya ada pada pembatalan arus DC dan pembatalan harmonik.

Jenis-Jenis Amplifier

Jenis-Jenis Amplifier

Amplifier umumnya dibagi menjadi empat jenis. Berikut ini akan dijelaskan lebih rinci tentang keempat jenis amplifier tersebut.

1. Power Amplifier OTL

Amplifier jenis adalah amplifier yang tidak memakai transformer untuk koplingnya dari rangkaian dengan loudspeaker. Ciri khas jenis amplifier ini ada pada jenis power supplynya. Jenis amplifier OTL ini menggunakan jenis tegangan non simetris.

Tak hanya itu, ciri khas lain jenis amplifier ini adalah ukuran kapasitornya yang cukup besar, yaitu mencapai 10001000µF. Amplifier jenis ini biasanya digunakan pada handphone, televisi, radio dan alat elektronik lain.

2. Power Amplifier OT

Jenis ini menggunakan trafo untuk menghubungkan antara penguat akhir dengan pengeras suaran. Range frekuensinya umumnya ada pada range audio menengah. Karena itu bassnya kurang begitu bagus.

Kelebihan amplifier ini adalah ketahanannya terhadap short circuit penguat akhir. Karena itu, loud speaker pun tidak mudah rusak.

3. Power Amplifier BTL

Amplifier jenis ini adalah gabungan antara dua amplifier dengan sebuah sistem bernama bridge. Dengan begitu sinyal amplitudo yang didapat bisa mencapai 2x lipat dibandingkan hanya menggunakan 1 amplifier.

Kekurangan jenis ini adalah masing-masing IC memiliki panas berlebih. Karena itu harus dipasang heatsink agar tidak hangus atau terbakar.

4. Power Amplifier OCL

Jenis terakhir ini umumnya digunakan pada penguat daya dengan amplitudo besar. Karena itu jenis amplifier ini dipasangkan dengan power supply simetris. Amplifier ini juga diklaim lebih aman pada output yang dikeluarkan ke loudspeaker (beban pengerasan suara).

Ciri khas amplifier ini adalah salah satu ujung beban output terhubung dengan CT transformator. Karena itu suara yang dihasilkan bisa lebih bass dan besar dibandingkan dengan jenis amplifier lainnya.


Dari pengertian amplifier, fungsi, cara kerja, komponen penyusun dan jenisnya ini, Anda jadi lebih tahu pentingnya alat ini pada perangkat audio yang Anda gunakan. Semoga bermanfaat!

Leave a Comment